konser musik telah memicu kematian para lumba-lumba di swiss. berikut laporanya
VIVAnews - Para ahli satwa liar meminta sebuah taman laut di Swiss bertanggung jawab atas kematian seekor lumba-lumba berusia delapan tahun. Mereka menyesalkan tindakan pengelola taman yang mengizinkan sebuah pesta musik techno dihelat dekat tempat penangkaran selama dua hari sehingga membuat si lumba-lumba stres dan akhirnya mati.
Seperti dilansir dari harian Daily Mail pada Minggu 13 November 2011, lumba-lumba bernama Shadow itu ditemukan mati setelah sebelumnya terlihat stres dan kacau setelah pesta techno. Sebelumnya, pengelola taman laut di Lipperswil, Swiss telah diingatkan bahwa akuarium lumba-luma Connyland bisa terkena dampak suara berisik pesta techno.
Para aktivis mengklaim bahwa pesta techno yang berlangsung selama dua hari itu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh Shadow yang berujung pada kematiannya. Peristiwa ini juga memicu kemarahan aktivis pecinta binatang Jerman dan Swiss yang berada di akuarium saat pesta techno, dan menyebutnya sebagai bentuk kekejaman terhadap binatang.
Namun Ikatan Dokter Hewan setempat meragukan suara berisik musik techno-lah yang menjadi penyebab kematian Shadow. Menurut mereka, acara dilengkapi dengan fasilitas kedap suara yang tidak akan mengganggu pendengaran lumba-lumba.
Hal ini dibantah oleh Jurgen Ortmuller dari Kelompok Perlindungan Lumba-Lumba dan Paus Swiss. "Kami punya bukti kuat untuk membuktikan Shadow mati akibat suara bising dari pesta techno. Lumba-lumba makhluk yang sensitif terhadap suara. Kami sebelumnya sudah memperingatkan pihak penyelenggara," tutur Ortmuller.
"Suaranya sangat bising bagi telinga lumba-lumba, kira-kira sama dengan suara bor pneumatik pada volume tertinggi. Kami sudah meminta penyelenggara membatalkan acara namun tak digubris," kata Andreas Morlok, seorang aktivis pecinta binatang.
Beberapa hari setelah acara, Shadow terlihat sangat gelisah dan tak bisa ditenangkan oleh pelatihnya. Beberapa menit kemudian, jantungnya sudah berhenti berdetak.
Pihak penyelenggara tetap bersikukuh mereka tak bersalah. Mereka lalu minta dilakukan otopsi terhadap mayat Shadow untuk memastikan sebab kematian.
Seperti dilansir dari harian Daily Mail pada Minggu 13 November 2011, lumba-lumba bernama Shadow itu ditemukan mati setelah sebelumnya terlihat stres dan kacau setelah pesta techno. Sebelumnya, pengelola taman laut di Lipperswil, Swiss telah diingatkan bahwa akuarium lumba-luma Connyland bisa terkena dampak suara berisik pesta techno.
Para aktivis mengklaim bahwa pesta techno yang berlangsung selama dua hari itu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh Shadow yang berujung pada kematiannya. Peristiwa ini juga memicu kemarahan aktivis pecinta binatang Jerman dan Swiss yang berada di akuarium saat pesta techno, dan menyebutnya sebagai bentuk kekejaman terhadap binatang.
Namun Ikatan Dokter Hewan setempat meragukan suara berisik musik techno-lah yang menjadi penyebab kematian Shadow. Menurut mereka, acara dilengkapi dengan fasilitas kedap suara yang tidak akan mengganggu pendengaran lumba-lumba.
Hal ini dibantah oleh Jurgen Ortmuller dari Kelompok Perlindungan Lumba-Lumba dan Paus Swiss. "Kami punya bukti kuat untuk membuktikan Shadow mati akibat suara bising dari pesta techno. Lumba-lumba makhluk yang sensitif terhadap suara. Kami sebelumnya sudah memperingatkan pihak penyelenggara," tutur Ortmuller.
"Suaranya sangat bising bagi telinga lumba-lumba, kira-kira sama dengan suara bor pneumatik pada volume tertinggi. Kami sudah meminta penyelenggara membatalkan acara namun tak digubris," kata Andreas Morlok, seorang aktivis pecinta binatang.
Beberapa hari setelah acara, Shadow terlihat sangat gelisah dan tak bisa ditenangkan oleh pelatihnya. Beberapa menit kemudian, jantungnya sudah berhenti berdetak.
Pihak penyelenggara tetap bersikukuh mereka tak bersalah. Mereka lalu minta dilakukan otopsi terhadap mayat Shadow untuk memastikan sebab kematian.
sumber:• VIVAnews
0 komentar:
Post a Comment