1/03/2012
0
Banyak yang mengatakan bahwa Anton adalah sosok yang santun. Saat menjelang hari besar keagamaan, ia kerap memberikan sumbangan dalam jumlah yang besar kepada fakir miskin, panti asuhan, pengurus masjid, dan lain-lain. Orang-orang yang hidup di sekitarnya juga terkadang mendapatkan rezeki lebih pemberian Anton.



Saat ini, Anton menjabat sebagai kepala bagian di sebuah lembaga yang mengurusi keuangan. Dalam kesehariannya, Anton selalu mengenakan kemeja putih. Meskipun dengan corak yang berbagai rupa, Anton selalu memilih warna putih. Ia juga selalu menggunakan angkutan umum ketika pergi dan pulang kerja, padahal di garasinya tersimpan sebuah mobil mewah bertuliskan S-Class.


Kesantunan Anton bermula ketika masih duduk di bangku SD, ia diajak berlibur oleh ayahnya ke sebuah desa kecil di pinggir pantai Jawa. Penduduk desa di sana sangat ramah, termasuk dengan pendatang baru yang asing bagi sebagian orang. 


Sempat kala itu Anton kecil bertanya pada salah satu pemuda desa itu, "kak, kenapa kakak ramah banget sama aku dan papa?"


"Iya dik Anton, kakak senang melihat senyum para wisatawan yang datang ke desa kami. melihat mereka senyum, rasanya meringankan beban kakak," ujar pemuda itu sambil menunjukkan senyum simpulnya.


"Emang kakak punya beban apa?"


"Kakak tiap hari harus mencari ikan di tengah sana," ujarnya sambil menunjuk ke arah laut yang seakan tak bertepi. "Kalo tangkapan kakak banyak, sebagian kakak jual ke pasar di pusat kota, sisanya untuk makan kami sekeluarga."


"Kalo lagi ujan besar gimana, kak?"


"Kakak terpaksa menghemat beras dan lauk-pauk, soalnya di sini kalau hujan bisa sampai tiga atau empat hari, dik."


"Terus, klo gak ada makanan atau uang, kakak bagaimana?"


"Dik, makanan dan uang itu adalah kehendak Tuhan. Kakak sebagai manusia hanya berusaha maksimal untuk bisa mencarinya. Adik datang dari kota, pasti adik hidup makmur kan di sana? Nah, itu adalah kehendak Tuhan. Kakak hidup di desa ini juga karena kehendak Tuhan," ujarnya ramah. "Bagaimana pun garis hidup yang sudah Tuhan tentukan, harus kita syukuri."


"Begitu ya kak. Aku mau jadi seperti kakak. Kakak orangnya baik sama aku."


"Kalau begitu, kamu juga harus jadi orang yang baik. Setidaknya jadilah orang yang jujur dan selalu bersyukur dengan pemberian Tuhan."


Adegan itu selalu diingat oleh Anton hingga ia beranjak dewasa. Ia selalu menempati peringkat teratas di kelasnya dengan cara yang jujur. Ia juga mendapatkan beasiswa hingga gelar magister ia raih di Eropa sana dan kemudian ia mendapat undangan untuk mengisi posisi kepala cabang di kantornya sekarang.


Meskipun sudah melanglang-buana ke negeri orang, sifat santun yang ia pelajari dari seorang pemuda di desa itu tidaklah luntur begitu saja, bahkan sudah menjadi pegangan dalam hidupnya. Ketika ia tertimpa musibah, ia selalu memanjatkan doa pada Tuhan, ketika ia melihat saudara atau tetangganya mengalami kesulitan, ia tidak tanggung-tanggung membantunya. Ia bahkan pernah membuatkan sebuah kios untuk penjual mie ayam yang gerobaknya tanpa sengaja ia tabrak dengan mobilnya. Kini, nama Anton telah terkenal dan mendapat predikat sebagai sosok dermawan. Namun, hingga kini, Anton tidak pernah mau menerima predikat itu dan lebih memilih untuk menjadi Anton yang sederhana.




* * * * *


Dalam hidup ini, Anda bisa memilih untuk menjadi sosok yang seperti apa. Anda bisa memilih menjadi sosok yang baik dan berperan sebagai suri tauladan bagi masyarakat sekitar, atau menjadi orang baik dengan segala macam pembenaran. Tetapi dalam prakteknya banyak orang yang berbuat baik dengan harapan bisa dikenal sebagai orang yang baik, ada pula yang menjadi orang baik hanya sekedar mencari popularitas.


Sosok Anton dalam kisah ini menunjukkan kebaikan yang didasari dari hati yang tulus dan sikap selalu bersyukur. Jika Anda memilih untuk menjadi sosok yang baik dan penuh syukur, niscaya Tuhan akan senantisa mengangkat derajat Anda dan selalu melimpahkan Anda dengan rahmat dan hidayahnya.


Jadi, Anda ingin menjadi sosok yang baik seperti apa? Pilihan selalu ada di tangan Anda.


sumber 

0 komentar:

Post a Comment